ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

SAYA BERHARAP SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI TEMAN2 YANG SEDANG MENCARI..................ILMU tentang keperawatan.




Senin, 21 Desember 2009

Menarik Diri

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL: MENARIK DIRI

1.PENGERTIAN
Kerusakan interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kulitas yang tidak efektif dari pertukaran sosial (Mary C. Towsend, 1998 : 50).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993 diposting oleh Ners Semarang pada keperawatan-gun.blogspot.com – 16 Juni 2008).
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar (Mahnum pada library.usu.ac.id – 17 Juli 2004).
Berdasarkan beberapa pengertian dari menarik diri yang diuraikan di atas, maka penulis menarik satu kesimpulan bahwa prilaku menarik diri merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membina hubungan interpersonal yang positif.

2.RENTANG RESPON
Menurut Stuart (2007 : 275), respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai mal adaptif.
RENTANG RESPON SOSIAL
Respon adaptif Respon mal adaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme
Saling ketergantungan
Gambar 1. Rentang Respon Sosial (Stuart, 2007 : 275)

a.Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat diterima atau norma-norma sosial budaya yang masih umum yang berlaku dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas-batas norma dalam menyelesaikan masalahnya. Respon ini meliputi :
1)Menyendiri / solitute merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya serta mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2)Otonomi merupakan kemampuan individu yang menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3)Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu saling memberi dan saling menerima.
4)Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
b.Respon mal adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial, budaya, serta lingkungannya, respon mal adaptif yang sering ditemukan adalah :
1)Manipulasi
Pada kerusakan hubungan sosial jenis ini ; orang lain diperlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat dalam masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan dan bukan berorientasi kepada orang lain.
2)Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman serta tidak dapat diandalkan.
3)Narsisisme
Pada diri individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus-menerus ingin mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
3. P S I K O D I N A M I K A
a. Etiologi
Dalam Stuart (2007 : 276), dijelaskan bahwa walaupun telah banyak penelitian dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal, namun belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai factor yang meliputi :
Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mempengaruhi respona sosial maladaptive pada individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respons sosial maladaptive. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak di luar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu alcohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi respons sosial meladaptif pada individu.
2) Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, nemun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, prilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup pristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ;
1) Stressor Sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena di rawat di rumah sakit.
2) Stressor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat : 1999 pada keperawatan-gun.blogspot.com – 16 Juni 2008).
Misalnya yaitu adanya :
1)Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2)Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3)Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
4)Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya).
Sedangkan Menurut Mary C. Townsend (1998, hal : 192), kemungkinan penyebab menarik diri adalah :
1)Regresi perkembangan.
2)Kerusakan proses pikir.
3)Takut akan penolakan atau kegagalan dalam berorientasi.
4)Proses berduka yang belum terselesaikan.
5)Tidak adanya orang yang bermakna bagi klien atau teman sebaya.
b. Tanda dan Gejala
Dari hasil penelusuran pada sehatjiwa-6.blogspot.com – April 2008, tanda dan gejala dari individu yang menarik diri antara lain :
1)Apatis (acuh terhadap lingkungan)
2)Ekspresi wajah kurang berseri
3)Tidak mampu merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
4)Menurun atau tidak ada komunikasi secara verbal dan nonverbal
5)Mengisolasi diri (diam ditempat tidur dalam waktu yang lama)
6)Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
7)Gangguan pola makan dan tidak ada nafsu makan atau makan berlebihan
8)Berat badan menurun atau meningkat secara drastic
9)Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
10)Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
11)Kurang energi
12)Aktivitas menurun
13)Tidur berlebihan
14)Retensi urine dan feses

Sedangkan Menurut Budi Anna Keliat (1999, hal : 32), tanda-tanda dan gejala menarik diri adalah :
1)Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2)Menghindar dari orang lain.
3)Komunikasi kurang.
4)Klien lebih sering menunduk.
5)Berdiam diri di kamar.
6)Menolak berkomunikasi dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap.
7)Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Proses Terjadinya
Menurut Sigmund Freud, dalam perkembangan kepribadian manusia tersebut ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilaksanakan.
Kegagalan atau tidak terselesaikan tahap perkembangan kepribadian dapat berdampak terhadap kepribadian seseorang dimasa yang akan datang. Dan apabila hal ini tidak terpenuhi dan berlangsung terus menerus dalam tempo yang lama maka akan terbentuk rasa tidak percaya kepada dirinya maupun lingkungannya yang akibatnya individu akan membatasi hubungan dengan lingkungannya. Reaksi ini timbul berbeda-beda pada tiap individu, ada yang sampai menetap, perilaku menarik diri merupakan proses terjadinya skizofrenia. Pasien mula-mula rendah diri merasa tidak berharga dan tidak berguna sehingga merasa tidak aman dalam membina hubungan dengan orang lain. Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, pasien menjadi pasif dan kepribadian menjadi kaku. Semakin individu menjauhi kenyataan, semakin banyak kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain (sehatjiwa-6.blogspot.com – April 2008).

d. Akibat dari Menarik Diri
Menurut Budi Anna Keliat (1999) yang dikutip dari situs keperawatan-gun.blogspot.com – 16 Juni 2008, Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal. Adapun gejala klinis dari seseorang yang halusinasi antara lain :
1)bicara, senyum dan tertawa sendiri
2)menarik diri dan menghindar dari orang lain
3)tidak dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata
4)tidak dapat memusatkan perhatian
5)curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6)ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
Sedangkan pada situs sehatjiwa-6.blogspot.com – April 2008 dijelaskan bahwa akibat dari individu yang menarik diri antara lain :
1)Kebutuhan fisiologis dan biologis
a)Nutrisi: menolak makan atau sebaliknya, makan secara berlebihan
b)Istirahat dan tidur: melamun dan timbul kecemasan dan gelisah menyebabkan gangguan tidur.
c)Eliminasi: kurangnya aktivitas menurunkan metabolisme tubuh dan peristaltik usus sehingga menyebabkan kontipasi
d)Aktivitas sehari-hari: keinginan hidup produktif berkurang sehingga pemenuhan kebutuhan aktivitas terganggu.
e)Seksual: sulit mengekpresikan keinginan membina hubungan lawan jenis.
2) Kebutuhan rasa aman
Karena kurangnya mengembangkan kehangatan emosional dalam membina hubungan yang positif cenderung tidak mempunyai rasa percaya diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain akhirnya menimbulkan kecemasan dan dampak yang ditimbulkan adalah gangguan rasa aman.
3) Kebutuhan mencintai dan memiliki
Karena hilangnya hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan berbagi rasa, pikiran prestasi sehingga menyulitkan terjadinya hubungan interpersonal termasuk hubungan untuk mencintai dan dicintai.
4) Kebutuhan akan harga diri
Cenderung merasa rendah diri, merasa tidak berharga lagi dan tidak berguna dampaknya adalah gangguan kebutuhan akan harga diri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Biasanya gagal dalam mengaktualisasi diri karena pada klien dengan gangguan berhubungan, minatnya berkurang tidak berambisi, dan emosinya dangkal.
e. Pentalaksanaan
1) Pengobatan
a)Terapi Psikofarmako
b)Elektrokompulsif
c)Psikoterapi
d)Terapi sosial
2) Prinsip keperawatan Klien dengan menarik diri
a)Menciptakan lingkungan yang terapeutik
b)Mengadakan hubungan interpersonal
c)Perawatan fisik
d)Melaksanakan program terapi
e)Melindungi Klien

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah Klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki (Stuart dan Larai, 2001 dikutip oleh Keliat 2006).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a.Identitas klien
b.Keluhan utama / alasan masuk
c.Faktor predisposisi
d.Aspek fisik / biologis
e.Aspek psikososial
f.Status mental
g.Kebutuhan persiapan pulang
h.Mekanisme koping
i.Masalah psikososial dan lingkungan
j.Pengetahuan
k.Aspek medis
Adapun pembahasan secara umumnya sebagai berikut :
a. Pengumpulan data klien
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, no. reg, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, ruangan, alamat klien.
Data penanggung jawab meliputi nama, usia, agama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
b. Faktor presipitasi
Meliputi stressor sosial budaya, hormonal, infeksi virus, interaksi dengan stressor lingkungan social, stressor psikologik.
c. Faktor predisposisi
Gangguan jiwa sebelumnya, sakit fisik, anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan, riwayat gangguan tumbuh kembang, gangguan komunikasi dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1)Pemeriksaan system, meliputi system integument, kardiovaskuler, system gastrointestinal, system urogenital, system musculoskeletal.
2)Istirahat dan tidur, meliputi kapan mulai tidur dan terbangun, jumlah jam tidur, hal yang mengganggu tidur dan upaya mengatasinya.
(dikutip dari sehatjiwa-6.blogspot.com – April 2008).
e. Psikososial
Menurut Mary C. Towsend (1998 : 29), respons-respons adaptasi psikososial yaitu :
1)Tingkat ansietas sedang. Pasien sadar dan kooperatif, walaupun beberapa kali tampak gagal dalam perhatian dan sukar berkonsentrasi. Tidak ada kesalahan interpretasi terhadap lingkungan.
2)Alam perasaan seseorang patah hati dan putus asa. Afek tumpul, datar, dengan sedikit tegangan emosi.
3)Mekanisme pertahanan ego yang digunakan :
a)Pengalihan: klien mengalihkan marah terhadap orang tua kepada dirinya.
b)Regresi: klien menarik diri dan mengisolasi diri.
4)Harga diri sangat rendah. Klien berkata bahwa dirinya tidak mampu untuk memaafkan orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Dia merasa keluarganya akan lebih baik tanpa dirinya. Kontak mata kurang. Klien melihat tangan dipangkuannya ketika berbicara. Interaksi dengan orang lain benar-benar tidak ada.
5)Berkenaan dengan tahap berduka, klien tampak terfiksasi dalam kemarahan proses berduka, dan kemarahan ditujukan kepada dirinya sendiri. Manifestasinya berupa perasaan rendah diri dan putus asa terhadap apa yang ia rasakaan sebagai kurangnya prestasi dalam hidupnya.
6)Proses berpikir jelas dan logis, walaupun ada beberapa kelambatan dalam asosiasi pikir.
7)Pola komunikasi jelas dan koheren, tapi dengan beberapa cara perenungan didapatkan adanya ketidakmampuan untuk memaafkan orangtua.
8)Pola interaksi ; menarik diri, isolasi, pasif, tidak berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain.
9)Berorientasi terhadap waktu, orang, tempat, dan waktu.
10)Klien mengakui memiliki pikiran untuk bunuh diri pada saat ini.
f. Status mental
1)Penampilan, meliputi cara berpakaian, cara berbicara, aktivitas motorik, interaksi klien selama wawancara.
2)Status emosi, alam perasaan klien biasanya pasien sedih, apatis, cemas, menyalahkan diri sendiri, afek tumpul.
3)Halusinasi, disebabkan karena keterbatasan dan kegagalan dalam berkomunikasi yang menyebabkan tidak adanya rangkaian cara berfikir, sehingga menimbulkan gangguan proses berfikir.
4)Proses pikir, cenderung mengalami gangguan proses pikir waham curiga, tidak percaya pada orang lain.
5)Sensori dan kognisi, klien tidak mengalami gangguan orientasi, memori, biasanya konsentrasi klien mudah teralih dan klien menggunakan koping yang tidak konstruktif.
6)Psiko sosial spiritual
7)Konsep diri: klien mempunyai harga diri rendah, selalu mencari kelemahan sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna.
8)Sosial: klien mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
9)Spiritual: klien kehilangan harapan, keyakinan akan kehidupan yang tidak baik, pesimis dengan kehidupan yang akan datang, klien merasa putus asa karena harapan tidak terkabulkan, akhirnya klien kurang minat dalam menjalankan ibadah sehari-hari.
(dikutip dari sehatjiwa-6.blogspot.com – April 2008).

g. Mekanisme koping
Menurut W. F Maramis (2005: 83), mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada klien menarik diri yaitu :
1)Represi adalah menekan pikiran yang berbahaya dan yang menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar
2)Regresi adalah kembali ke taraf perkembangan yang sudah dilalui yang biasanya lebih kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
3)Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls kepada orang lain terutama keinginan, perasaan yang tidak dapat ditoleransi.
4)Isolasi adalah memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan.
Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, seperti berikut ini :
1)Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh Perawat.
2)Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga (Budi Anna Keliat, 2006 : 4).

2. POHON MASALAH
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (FASID 1983 dan INJF 1996 dikutip oleh Budi Anna Keliat 2006 : 4).
Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk memperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah, yaitu penyebab (causa) yaitu salah satu dari beberapa masalah klien, masalah utama (core problem) adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki, dan akibat (effect) yaitu salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek/akibat dari masalah utama.
Menurut Budi Anna Keliat (2006 : 20) bahwa pohon masalah yang didapat pada asuhan keperawatan pada klien menarik diri adalah :













Gambar 2. Pohon Masalah Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri
(Keliat, 2006 :20)
Penjelasan :
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri terjadi karena klien mengalami harga diri rendah kronis. Apabila klien yang menarik diri sering menyendiri maka dapat menyebabkan terjadinya perubahan persepsi sensori dalam hal ini halusinasi.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengertian diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan hasil kutipan Budi Anna Keliat (2006 : 6) adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpenito, 1996).
2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan actual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya (Gordon, dikutip oleh Carpenito, 1996).
3. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons actual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan (Carpenito, 1996).
4. Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik actual maupun potensial (Stuart dan Laraia, 2001).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah kerusakan interaksi sosial menurut Budi Anna Keliat (2006 : 20) adalah :
1. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
2. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan Keliat (2006), rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri sebagai berikut :
Diagnosa 1 : Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
1)sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2)perkenalkan diri dengan sopan
3)tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4)jelaskan tujuan pertemuan
5)jujur dan menepati janji
6)tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7)berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
TUK 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.
Rasional : Mengetahui sejauhmana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik dirinya.
Rasional : Mengetahui alasan menarik diri.
c. Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik dirinya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien.
d. Beri pujian positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.
TUK 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan Klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
b. Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengidentifikasi perasaan Klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
c. Diskusikan bersama Klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan Klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.
d. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.
Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
e. Kaji pengetahuan Klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
f. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan Klien mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Meningkatkan harga diri Klien sehingga berani bergaul dengan orang lain
TUK 4. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
a. Kaji kemampuan Klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien.
b. Dorong dan bantu Klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P
K – P – P.Lain
K – P – P.Lain – K.Lain
K – Kel/Klp/Masy.
Rasional : Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien
d. Bantu Klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
Rasional : Klien merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.
e. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama Klien dalam mengisi waktu.
Rasional : Membantu Klien dalam menjalin hubungan yang kooperatif.
f. Motivasi Klien mengikuti kegiatan ruangan.
Rasional : Membantu Klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan dalam ruangan.
Rasional : Meningkatkan harga diri Klien.
TUK 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
a. Dorong Klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal Klien dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan Klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh Klien.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan Klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.
TUK 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung oleh keluarga.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
1)Salam, perkenalkan diri
2)Jelaskan tujuan pertemuan
3)Buat kontrak
4)Explorasi perasaan keluarga
Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara Perawat-Keluarga.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang :
1)Prilaku menarik diri
2)Penyebab prilaku menarik diri
3)Akibat yang akan terjadi jika prilaku menarik diri tidak ditanggapi.
4)Cara keluarga menghadapi Klien menarik diri.
Rasional : Klien menarik diri membutuhkan perhatian khusus.
c. Dorong anggota keluarga memberi dukungan kepada Klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Rasional : Keterbatasan Keluarga sangat membantu Klien dalam mengembangkan interaksi dengan lingkungan.
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk Klien minimal 1x seminggu.
Rasional : Meningkatkan rasa percaya Klien pada keluarga sehingga Klien merasa diperhatikan.
e. Beri reninforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Rasional : Membangkitkan rasa percaya diri Klien dan kebanggaan keluarga atas usaha yang telah dilakukan.
TUK 7. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan Klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan dan motivasi Klien minum obat teratur.
b. Anjurkan Klien minta sendiri obat pada Perawat dan merasakan manfaatnya.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kemampuan Klien.
c. Anjurkan Klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
Rasional : Meningkatkan kemampuan dan motivasi Klien untuk minum obat secara teratur.
d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
Rasional : Memotivasi Klien untuk minum obat secara teratur.
e.Bantu Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Rasional : Membantu Klien menggunakan obat dengan baik dan benar.


Diagnosa 2 : Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.
Intervensi :
a.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien.
Rasional : Memotivasi Klien memandang dirinya secara positif
b. Setiap bertemu Klien, hindarkan memberi nilai negatif.
Rasional : Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri.
c. Utamakan memberikan pujian yang realistis.
Rasional : Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri Klien
TUK 2. Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi :
a. Diskusikan bersama Klien tentang harapan selama di RS dan rencana setelah pulang.
Rasional : Mengidentifikasi harapan dan cita-cita Klien
b. Bantu Klien membedakan antara keinginan dan kemampuan.
Rasional : Membantu Klien membuat rencana yang realistis.

TUK 3. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Intervensi ;
a. Rencanakan bersama Klien aktivitas yang dapat dilanjutkan setiap hari sesuai dengan kemampuan ;
1)Kegiatan mandiri
2)Kegiatan dengan bantuan sebagian
3)Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Rasional : Membantu Klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan korelasi kondisi.
Rasional : Memberikan Klien gambaran tentang kemampuannya.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh Klien lakukan.
Rasional : Memberi role model bagi Klien sehingga ada keinginan untuk melakukan kegiatan.
TUK 4. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
Intervensi :
a. Beri kesempatan pada Klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : Kesempatan untuk berhasil dapat memotivasi Klien untuk melakukan keterampilan yang sudah dimilikinya.
b. Beri pujian atas keberhasilan Klien.
Rasional : Memotivasi Klien untuk melakukan keterampilan.
c. Diskusikan kemampuan / kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional : Membantu Klien dapat melakukan kegiatan.
TUK 5. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat Klien dengan Harga Diri Rendah
Rasional : Mendukung Klien dalam melakukan aktivitas
b. Bantu Keluarga memberi dukungan pada Klien selama Klien dirawat, bantu Keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : Untuk aspek motivasi dan mempertahankan aspek positif dan Keluarga mempunyai arti penting bagi Klien.

5. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien dan lingkungannya.
Menurut Stuart (2007 : 283), elemen penting intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami kerusakan interaksi social : menarik diri mencakup :
a. Membina hubungan terapeutik
b. Melibatkan keluarga untuk meningkatkan dan mempertahankan perubahan positif.
c. Menyediakan lingkungan terapeutik yang difokuskan pada harapan yang realistis, melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan, dan memproses prilaku interaksional dalam situasi saat ini.
d. Menetapkan batasan dan memberikan struktur
e. Melindungi pasien dari prilaku membahayakan diri
f. Memfokuskan pada kekuatan pasien
g. Mengimplementasikan kontrak dan strategi kognitif prilaku lain.

6. E V A L U A S I
Menurut Budi Anna Keliat (2006 : 17), evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebgai pola pikir.
S : Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien.

Sesuai dengan rencana tujuan yang telah dirumuskan dan berpedoman pada tujuan khusus dan kriteria evaluasi, maka hal-hal yang akan dicapai pada proses keperawatan klien dengan kerusakan interaksi sosial ; menarik diri adalah sebagai berikut :
a. Risiko perubahan persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
Kriteria evaluasi yang ingin dicapai antara lain :
1)Klien dapat menerima kehadiran perawat.
2)Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan menarik diri.
3)Klien dapat mengetahui kuntungan berhubungan dengan orang lain.
4)Klien dapat mendemonstrasikan cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap. Klien dapat dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain
5)Klien mendapatkan dukungan keluarga.
b.Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Kriteria evaluasi yang ingin dicapai antara lain :
1)Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif.
2)Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapannya sesuai dengan kemampuannya.
3)Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
4)Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
5)Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dalam keluarga.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL ; MENARIK DIRI


NO.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RASIONAL


TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI

1.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.

TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan Perawat.






1.1Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, menjawab salam, Klien mau duduk berdampingan dengan Perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.








1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa Klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai Klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima Klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada Klien dan perhatikan kebutuhan dasar Klien.






Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara Perawat – Klien.


TUK 2
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
- Diri sendiri
- Orang lain
- Lingkungan
2.1.1 Kaji pengetahuan Klien tentang prilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2.1.2 Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri dan tidak mau bergaul.
2.1.3 Diskusikan bersama Klien tentang prilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.


2.1.4 Berikan pujian terhadap kemampuan Klien mengungkapkan perasaannya.
2.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien tantang menarik diri.
2.1.2 Untuk mengetahui alasan Klien menarik diri.

2.1.3 Meningkatkan pengatahuan Klien serta mencari pemecahan bersama tentang masalah Klien.
2.1.4 Meningkatkan harga diri Klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.


TUK 3
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain





















3.2 Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3.1.1 Kaji pengetahuan Klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.2 Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3 Diskusikan bersama Klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

3.1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.2.1 Kaji pengetahuan Klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.2 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan Klien mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Mengidentifikasi perasaan Klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3 Meningkatkan pengetahuan Klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.
3.1.4 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.


3.2.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
3.2.2 Meningkatkan harga diri Klien sehingga berani bergaul dengan orang lain


.


TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
4.1 Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
K – P
K – P – P.Lain
K – P – P.Lain – K.Lain
K – Kel/Klp/Masy.

4.1.1 Kaji kemampuan Klien dalam membina hubungan dengan orang lain.

4.1.2 Dorong dan bantu Klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P
K – P – P.Lain
K – P – P.Lain – K.Lain
K – Kel/Klp/Masy.


4.1.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.1.4 Bantu Klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

4.1.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama Klien dalam mengisi waktu.
4.1.6 Motivasi Klien mengikuti kegiatan ruangan.




4.1.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan dalam ruangan.
4.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien.

4.1.2 Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.
4.1.4 Klien dapat merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.1.5 Membantu Klien dalam menjalin hubungan yang kooperatif.
4.1.6 Membantu Klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.

4.1.7 Meningkatkan harga diri Klien.





TUK 5 ;
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
5.1.1 Dorong Klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan Klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan Klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.1 Untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal Klien dengan orang lain.
5.1.2 Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh Klien.

5.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.


TUK 6 :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung oleh keluarga.
6.1 Keluarga dapat
Menjelaskan perasaannya
Menjelaskan cara merawat Klien menarik diri.
Mendemonstrasikan cara perawatan Klien menarik diri.
- Berpartisipasi dalam perawatan Klien menarik diri.
- Berpartisipasi dalam perawatan Klien menarik diri.
6.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
a. Salam, perkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan pertemuan
c. Buat kontrak
d. Explorasi perasaan keluarga
6.1.2 Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Prilaku menarik diri
b. Penyebab prilaku menarik diri
c. Akibat yang akan terjadi jika prilaku menarik diri tidak ditanggapi.
d. Cara keluarga menghadapi Klien menarik diri.
6.1.3 Dorong anggota keluarga memberi dukungan kepada Klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.



6.1.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk Klien minimal 1x seminggu.

6.1.5 Beri reninforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
6.1.1 Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara Perawat-Keluarga.

6.1.2 Klien menarik diri membutuhkan perhatian khusus.






6.1.3 Keterbatasan Keluarga sangat membantu Klien dalam mengembangkan interaksi dengan lingkungan.
6.1.4 Meningkatkan rasa percaya Klien pada keluarga sehingga Klien merasa diperhatikan.
6.1.5 Membangkitkan rasa percaya diri Klien dan kebanggaan keluarga atas usaha yang telah dilakukan.


TUK 7 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
7.1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
7.2 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
7.3 Klien dapat informasi tentang manfaat obat dan efek samping obat.
7.4 Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.
7.5 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
7.1.1 Diskusikan dengan Klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.


7.2.1 Anjurkan Klien minta sendiri obat pada Perawat dan merasakan manfaatnya.
7.3.1 Anjurkan Klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.

7.4.1 Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.

7.5.1 Bantu Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
7.1.1 Meningkatkan pengetahuan dan motivasi Klien minum obat teratur.

7.2.1 Meningkatkan kemandirian dan kemampuan Klien.
7.3.1 Meningkatkan kemampuan dan motivasi Klien untuk minum obat secara teratur.
7.4.1 Memotivasi Klien untuk minum obat secara teratur.
7.5.1 Membantu Klien menggunakan obat dengan baik dan benar.
2.
Kerusakan Interaksi
Sosial ; Menarik Diri berhubungan dengan Harga Diri Rendah
TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1
Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.





1.1Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif.







1.1.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien.
1.1.2Setiap bertemu Klien, hindarkan memberi nilai negatif.


1.1.3Utamakan memberikan pujian yang realistis.





1.1.1Memotivasi Klien memandang dirinya secara positif
1.1.2Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri.

1.1.3Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri Klien.


TUK 2
Klien dapat menyelidiki dirinya
2.1 Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapannya sesuai dengan kemampuannya.
2.1.1 Diskusikan bersama Klien tentang harapan selama di RS dan rencana setelah pulang.

2.1.2 Bantu Klien membedakan antara keinginan dan kemampuan.
2.1.1 Mengidentifikasi harapan dan cita-cita Klien


2.1.2 Membantu Klien membuat rencana yang realistis.


TUK 3
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
3.1 Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
3.1.1 Rencanakan bersama Klien aktivitas yang dapat dilanjutkan setiap hari sesuai dengan kemampuan ;
a.Kegiatan mandiri
b.Kegiatan dengan bantuan sebagian
c.Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

3.1.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan korelasi kondisi.

3.1.3 Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh Klien lakukan.
3.1.1 Membantu Klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya








3.1.2 Memberikan Klien gambaran tentang kemampuannya.

3.1.3 Memberi role model bagi Klien sehingga ada keinginan untuk melakukan kegiatan.


TUK 4
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
4.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
4.1.1 Beri kesempatan pada Klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.



4.1.2 Beri pujian atas keberhasilan Klien.


4.1.3 Diskusikan kemampuan / kemungkinan pelaksanaan di rumah.
4.1.1 Kesempatan untuk berhasil dapat memotivasi Klien untuk melakukan keterampilan yang sudah dimilikinya.

4.1.2 Memotivasi Klien untuk melakukan keterampilan.

4.1.3 Membantu Klien dapat melakukan kegiatan


TUK 5
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
5.1 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dalam keluarga.
5.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat Klien dengan Harga Diri Rendah

5.1.2 Bantu Keluarga memberi dukungan pada Klien selama Klien dirawat, bantu Keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
5.1.1 Mendukung Klien dalam melakukan aktivitas


5.1.2 Untuk aspek motivasi dan mempertahankan aspek positif dan Keluarga mempunyai arti penting bagi Klien.

1 komentar: