ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

SAYA BERHARAP SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI TEMAN2 YANG SEDANG MENCARI..................ILMU tentang keperawatan.




Minggu, 31 Mei 2009

askep Benigna Hiperplasia Prostat

BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
BPH (benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembentukan jaringan yang berlebihan karena jumlah sel bertambah, tetapi tidak ganas (Jinak). Yang sering terjadi pada pria diatas usia 50 tahun.
B. Etiologi
Penyebab dari BPH belum diketahui dengan pasti , namun lebih banyak ditemukan pada orang yang produksi testisnya berlebihan yaitu terjadinya akumulasi dehydroxytosteron (DHT) dan proses penuaan dianggap berperan dalam terjadinya BPH.

Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah :
1. Adanya prubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena kekurangan sel mati.
4. Teori sel system menerangkan bahwa terjadi poliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
C. Patofisiologi
• Proses penuaan dan adanya sirkulasi androgen menimbulkan perkembangan BPH
• Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan, merupakan tonjolan jaringan (hyperplasia) yang biasanya terdapat pada lobus lateral dan lobus medialis, tetapi tidak mengenai bagian posterior dari kelenjar prostat. Pembesaran prostat akan menghambat aliran urine (uretra). Keadaan ini menyebabkan kandung kemih menjadi lebih bekerja keras untuk mengeluarkan urine.
• Tonjolan ini menekan uretra menyerupai celah atau menekan dari bagian tengah uretra, kadang-kadang tonjolan tersebut membentuk kapsul menyerupai polip, yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra, akibatnya buang air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, urine tersisa dalam kandung kemih dan akhirnya akan menimbulkan infeksi aluran kemih.
• Akibat adanya hambatan aliran urin (obstruksi), yang lama dapat menyebabkan tegangan dinding kandung kemih yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tegangan pada kedua muara ureter ini akan menimbulkan aliran balik urine dari kandung kemih ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus, dapat mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal.

Pohon masalah BPH berdasarkan penyimpangan KDM

Perubahan kelenjar prostat berhubungan
Dengan proses ketuaan

Aktivitas seksual menurun Nyeri

Produksi kelenjar prostat meningkat Reseptor nyeri terangsang

Hiperplasia Prostat Regangan VU meningkat

Jaringan uretra tertekan Distensi VU

Obstruksi lumen pada uretra Volume residu meningkat Statis urin

Aliran urine keluar terhambat Akumulasi urin dalam VU meningkat

Retensi urin

D. Gambaran Klinis
1. Pada awalnya atau saat terjadinya pembesaran prostat, tidak ada gejala, sebab tekanan kandung kemih dapat mengalami kompensasi untuk mengatasi retensi uretra.
2. Gejala yang disebabkan oleh aliran urine tersumbat ( Obstruksi) meliputi :
a. Hesitansi dan mengejan saat berkemih
b. Penurunan ukuran dan kekuatan aliran urine
c. Adanya perasaan berkemih tidak tuntas
d. Retensi urin
3. Gejala karena metastasis meliputi :
a. Nyeri pada area lumbosakral yang menyebar ke panggul dan turun ke kaki (dari metastatis tulang)
b. Ketidaknyamanan perineal dan rectal
c. Anemia, penurunan berat badan, kelemahan, mual, oliguria (karena uremia)
4. Pemeriksaan rectal untuk mendekteai nodul-nodul pada prostat.
5. Stadium BPH meliputi
a. Stadium I :
Ada obstruksi, tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
b. Stadium II :
• Ada retensio urine, tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kurang lebih 50-150- cc
• Ada rasa tidak enak pada saat buang air kecil /disuria
• Nokturia
c. Stadium III :
 Setiap buang air kecil urine selalu tersisa 150 cc atau lebih
d. Stadium IV :
 Retensio urine total, buli-buli penuh, pasien kesakitan, urine menetes secara periodic (over flow incontinentia)
E. Pemeriksaan diagnostic
1. DRE ( digital rectal examination) Test ini biasanya merupakan test pertama yang dilakukan dengan memasukkan jari ke rectum(rectal toucher) dan merasakan Prostat dekat rectum. Test ini memberikan opini bagi pemeriksa tentang ukuran dan kondisi Prostat.
2. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Prostate-Specific Antigen (PSA) Blood Test
Test ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker BPH.
b. Urin analisa : Hematuria dan Infeksi
c. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
3. Pemeriksaan Radiologi :
a. Cystouretroscopy : Test ini untuk mengamati uretra, kandung kemih dan ukuran prostat.
b. USG.

F. Penatalaksanaan
1. Indewiling Cateter
2. Dilatasi balon pada uretra prostat dalam waktu singkat dapat menghilangkan gejala.
3. Bedah laser
4. Pengobatan dengan menggunakan hormon
5. Bedah TURP atau open prostat.










BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
 Klien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes.
 Klien mengeluh sakit pada saat berkemih
 Klien tampak meringis.
 Distensi kandung kemih
 KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah
 Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil
 Urine sedikit.
 Urine Nampak keluar menetes.

b. Klasifikasi data
Data Obyektif Data Subyektif
 KLien tampak mringis
 Distensi kandung kemih
 Urine sedikit
 Urine tampak keluar menetes  Kien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes
 KLien mengeluh sakit pada saat berkemih
 KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah
 Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil





c. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
Ds :
 KLien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes
 Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil
Do :
 Urine sedikit
 Urine tampak keluar menetes. Jaringan uretra tertekan

Obstruksi lumen pada uretra

Aliran urine keluar terhambat

Retensio urin Retensio urin
Ds :
 Klien mengeluh sakit pada saat berkemih
 KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah

Do :
 Klien tampak meringis Volume residu meningkat

Distensi VU

Regangan VU meningkat

Reseptor nyeri terangsang Nyeri akut
Ds :
-
Do :
- Akumulasi urin dalam VU meningkat

Volume residu meningkat

Statis urine

Menjadi media berkembangnya kuman Resiko terhadap infeksi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola eliminasi urin : Retensio urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada uretra akibat pembesaran kelenjar prostat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan regangan kandung kemih akibat obstruksi aliran urine.
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter

C. Intervensi keperawatan
Gangguan pola eliminasi urin : Retensio urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada uretra akibat pembesaran kelenjar prostat ditandai dengan :
 Berkemih tidak lancar serta urine menetes
 Distensi kandung kemih
 Rasa sakit bila berkemih
Tujuan : Klien dapat berkemih secara normal dengan criteria :
 Rasa puas saat berkemih
 Tidak mengalami rasa sakit bila berkemih
 Tidak ada distensi kandung kemih
Tindakan keperawatan :
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam
Rasional : Meminimalkan retensi urin berlebihan pada kandun kemih
2. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
Rasional : Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
3. Awasi dan catat waktu dan jam tiap berkemih, perhatikan penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis urin.
Rasional : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan bagian atas, yang dapat mempengaruhi ginjal.
4. Perkusi area suprapubik untuk menentukan adanya distensi
Rasional : Distensi abdomen dapat dirasakan didaerah suprapubik.
5. Anjurkan untuk minum 3000 ml/hari
Rasional : Peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dan pertumbuhan bakteri.
6. Awasi tanda-tanda vital dengan ketat, observasi hipertensi, edema, perubahan mental
Rasional : Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksis dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
7. Lakukan kateterisasi dan perawatan perineal
Rasional : Menurunkan resiko infeksi asenden
8. Berikan rendam duduk sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, meningkatkan upaya berkemih.
9. Kolaborasi tim medis pemberian :
 Antispasmodik (untuk menghilangkan spasme kandung kemih)
 Antibiotik
 Fenoksibenzamin (merelaksasikan otot poros prostat dan menurunkan tahanan terhadap urine.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan regangan kandung kemih akibat obstruksi aliran urine.Ditandai dengan :
 Keluhan Nyeri.
 Ekspresi wajah meringis.
Tujuan : Klien menunjukan nyerinya berkurang atau hilang
Tindakan keperawatan :
1. Observasi tingkat nyeri dengan skala 0 – 10
Rasional : membantu informasi dalam keefektifan intervensi
2. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional : Tirah baring mungkin diperlukan pada awal retetnsi urin akut, namun ambulasi napas dalam dapat memperbaiki pola berkemih normal.
3. Anjurkan menggunakan rendam duduk, sabun hangat untuk perineum.
Rasional : Meningkkatkan relaksasi otot
4. Kolaborasi dalam pemberian :
 Obat analgetik bahkan narkotik misalnya pethidin untuk menghilangkan nyeri berat dan relaksasi mental dan fisik.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji aliran urine melalui kateter.
Rasional : Ketidak lancaran aliran urine melalui kateter sebagai akibat adanya sumbatan
2. Lakukan irigasi kandung kemih melalui kateter
Rasional : Irigasi akan mempertahankan aliran urin lanccar dan membersihkan kandung kemih dari kuman.
3. Berikan informasi kepada klien tentang pemasangan kateter
Rasional : Kurangnya pengetahuan klien tentang tindakan yang kan dilakukan akan memungkinkan klien menarik atau memegang kateter.
4. Pertahankan tehnik aseptic terutama saat perawatan kateter.
Rasional : Untuk mencegah terkontaminasi dengan mikroorganisme
5. Anjurkan klien selama pemasangan kateter harus banyak minum
Rasional : Untuk mempertahankan status hidrasi klien.






DAFTAR PUSTAKA


www. Catatan perawat.Byethost15.com
Corwin Elizabet J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC akarta
Smeltzer Suzane C & Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Sudarth Ed. 8 Vol. 1. : EGC Jakarta

Jumat, 29 Mei 2009

askep diabetes mellitus

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
  1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

  1. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

D. Patofisiologi/Pathways

E. Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati viseral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

F. Pemeriksaan Penunjang

  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler

<>

<80>

<110>

<90>

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

H. Pengkajian

§ Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

§ Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

§ Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

§ Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

§ Integritas Ego

Stress, ansietas

§ Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

§ Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

§ Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.

§ Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

§ Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

§ Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I. Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

§ Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

§ Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

§ Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

§ Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

§ Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.

§ Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.

§ Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.

§ Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.

§ Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.

§ Kolaborasi dengan ahli diet.

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

§ Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

§ Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

§ Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas

§ Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

§ Pantau masukan dan pengeluaran

§ Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung

§ Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

§ Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur

§ Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.

Kriteria Hasil :

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi

Intervensi :

§ Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.

§ Kaji tanda vital

§ Kaji adanya nyeri

§ Lakukan perawatan luka

§ Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.

§ Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

  1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

Tujuan : pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi :

§ Hindarkan lantai yang licin.

§ Gunakan bed yang rendah.

§ Orientasikan klien dengan ruangan.

§ Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

§ Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi


DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002


Sabtu, 23 Mei 2009

askep Osteoarthritis

Osteoarthritis

Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah tipe dari arthritis yang disebabkan oleh kerusakan atau penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda (cartilage) dari satu atau lebih sendi-sendi. Cartilage adalah senyawa protein yang melayani sebagai "bantal" antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai degenerative arthritis. Diantara lebih dari 100 tipe-tipe yang berbeda dari kondisi-kondisi arthritis, osteoarthritis adalah yang paling umum, mempengaruhi lebih dari 20 juta orang-orang di Amerika. Osteoarthritis terjadi lebih sering ketika kita menua. Sebelum umur 45 tahun, osteoarthritis terjadi lebih sering pada pria-pria. Setelah umur 55 tahun, ia terjadi lebih sering pada wanita-wanita. Di Amerika, semua ras nampaknya sama dipengaruhi. Kejadian yang lebih tinggi dari osteoarthritis ada pada populasi Jepang, sementara orang-orang hitam Afrika Selatan, East Indians, dan China Selatan mempunyai angka-angka yang lebih rendah.

Osteoarthritis umumnya mempengaruhi tangan-tangan, kaki-kaki, tulang belakang (spine), dan sendi-sendi yang menahan berat yang besar, seperti pinggul-pinggul dan lutut-lutut. Kebanyakan kasus-kasus dari osteoarthritis mempunyai penyebab yang tidak diketahui dan dirujuk sebagai osteoarthritis primer. Ketika penyebab dari osteoarthritis diketahui, kondisinya dirujuk sebagai osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis adakalanya disingkat sebagai OA.

Penyebab Osteoarthritis

Osteoarthritis primer kebanyakan dihubungkan pada penuaan. Dengan menua, isi air dari cartilage meningkat, dan susunan protein dari cartilage degenerasi. Akhirnya, cartilage mulai degenerasi dengan mengelupas atau membentuk crevasses yang kecil. Pada kasus-kasus yang telah lanjut, ada kehilangan total dari bantal cartilage antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Penggunaan yang berulangkali dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat mengiritasi dan meradang cartilage, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan dari bantal cartilage menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menjurus pada nyeri dan pembatasan dari mobilitas sendi. Peradangan dari cartilage dapat juga menstimulasi pertumbuhan-pertumbuhan tulang baru (spurs, juga dirujuk sebagai osteophytes) yang terbentuk sekitar sendi-sendi. Osteoarthritis adakalanya dapat berkembang dalam banyak anggota-anggota dari keluarga yang sama, menyiratkan basis yang diturunkan (genetik) untuk kondisi ini.

Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya. Kondisi-kondisi yang dapat menjurus pada osteoarthritis sekunder termasuk kegemukan, trauma atau operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, sendi-sendi abnormal waktu dilahirkan (kelainan-kelainan congenital), gout, diabetes, dan penyakit-penyakit hormon lain.

Kegemukan menyebabkan osteoarthritis dengan meningkatkan tekanan mekanik pada cartilage. Nyatanya, setelah penuaan, kegemukan adalah faktor risiko yang paling kuat untuk osteoarthritis dari lutut-lutut. Perkembangan yang dini dari osteoarthritis dari lutut-lutut diantara atlet-atlet angkat besi dipercayai adalah sebagaian disebabkan oleh berat badan mereka yang tinggi. Tauma yang berulangkali pada jaringan-jaringan sendi (ligamen-ligamen, tulang-tulang, dan cartilage) dipercayai menjurus pada osteoarthritis dini dari lutut-lutut pada pemain-pemain bola. Dengan menarik, studi-studi baru-baru ini telah tidak menemukan risiko osteoarthritis yang meningkat pada pelari-pelari jarak jauh.

Endapan-endapan kristal pada cartilage dapat menyebabkan degenerasi cartilage dan osteoarthritis. Kristal-kristal asam urat menyebabkan arthritis pada gout, sementara kristal-kristal calcium pyrophosphate menyebabkan arthritis pada pseudogout.

Beberapa orang-orang dilahirkan dengan sendi-sendi yang terbentuk abnormal (kelainan-kelainan congenital) yang rentan terhadap pemakaian/pengikisan mekanik, menyebabkan degenerasi dan kehilangan cartilage (tulang rawan) sendi yang dini. Osteoarthritis dari sendi-sendi pinggul umumnya dihubungkan pada kelainan-kelainan struktural dari sendi-sendi ini yang telah hadir sejak lahir.

Gangguan-gangguan hormon, seperti diabetes dan penyakit-penyakit hormon pertumbuhan, juga berhubungan dengan pengikisan cartilage yang dini dan osteoarthritis sekunder.

Gejala-Gejala Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah penyakit dari sendi-sendi. Tidak seperti banyak bentuk-bentuk lain dari arthritis yang adalah penyakit-penyakit sistemik, seperti rheumatoid arthritis dan systemic lupus, osteoarthritis tidak mempengaruhi organ-organ lain dari tubuh. Gejala yang paling umum dari osteoarthritis adalah nyeri pada sendi-sendi yang terpengaruh setelah penggunaan yang berulang. Nyeri sendi biasanya memburuk di ujung hari. Dapat terjadi pembengkakan, kehangatan, dan berkeretak dari sendi-sendi yang terpengaruh. Nyeri dan kekakuan dari sendi-sendi dapat juga terjadi setelah periode-periode yang panjang dari ketidakaktifan, contohnya, duduk dalam teater. Pada osteoarthritis yang parah, kehilangan bantal cartilage yang komplit menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menyebabkan nyeri pada saat istirahat atau nyeri dengan gerakan yang terbatas.

Gejala-gejala dari osteoarthritis bervariasi sangat besar dari pasien ke pasien. Beberapa pasien-pasien dapat dilemahkan oleh gejala-gejala mereka. Pada sisi lain, yang lain-lain mungkin mempunyai sangat sedikit gejala-gejala kendati ada degenerasi yang dramatis dari sendi-sendi yang terlihat pada X-rays. Gejala-gejala juga dapat terjadi sebentar-sebentar. Adalah bukan tidak umum untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis dari sendi-sendi jari tangan dan lutut-lutut untuk mempunyai interval-interval yang bebas nyeri bertahun-tahun antara gejala-gejala.

Osteoarthritis dari lutut-lutut seringkali dihubungkan dengan berat badan bagian atas yang berlebihan, dengan kegemukan, atau sejarah luka dan/atau operasi sendi yang berulangkali. Degenerasi cartilage dari sendi-sendi lutut yang progresif dapat menjurus pada kelainan bentuk (deformity) dan lengkungan keluar dari lutut-lutut yang dirujuk sebagai "bowlegged". Pasien-pasien dengan osteoarthritis dari sendi-sendi yang menahan berat (seperti lutut-lutut) dapat mengembangkan pincang. Pincang dapat memburuk ketika lebih banyak cartilage degenerasi. Pada beberapa pasien-pasien, nyeri, pincang, dan disfungsi sendi mungkin tidak merespon pada obat-obat atau tindakan-tindakan konservatif lainnya. Oleh karennya, osteoarthritis yang parah dari lutut-lutut adalah satu dari sebab-sebab yang paling umum untuk prosedur-prosedur operasi penggantian lutut yang total di Amerika.

Osteoarthritis dari cervical spine atau lumbar spine menyebabkan nyeri di leher atau punggung bagian bawah. Bony spurs (spur-spur yang bertulang), disebut osteophytes, yang terbentuk sepanjang arthritic spine dapat mengiritasi syaraf-syaraf tulang belakang (spinal nerves), menyebabkan nyeri yang parah, kekebasan, dan kesemutan dari bagian-bagian tubuh yang terpengaruh.

Osteoarthritis menyebabkan pembentukan dari pembesaran-pembesaran yang keras dan bertulang dari sendi-sendi kecil jari-jari tangan. Pembesaran bertulang yang klasik dari sendi-sendi kecil pada ujung dari jari-jari tangan disebut Heberden's node, dinamakan menurut dokter Inggris yang sangat terkenal. Kelainan bentuk yang bertulang adalah akibat dari spur-spur bertulang dari osteoarthritis pada sendi itu. Tombol bertulang (node) umum lainnya terjadi pada sendi tengah dari jari-jari tangan pada banyak pasien-pasien dengan osteoarthritis dan disebut Bouchard's node. Dr. Bouchard adalah dokter Perancis yang terkenal yang juga mempelajari pasien-pasien arthritis pada akhir tahun-tahun 1800. Heberden's dan Bouchard's nodes mungkin tidak menyakitkan, namun mereka sering dihubungkan dengan pembatasan gerakan dari sendi. Penampakan-penampakan yang karakteristik dari nodul-nodul jari tangan ini dapat bermanfaat dalam mendiagnosa osteoarthritis. Osteoarthritis dari sendi pada dasar dari jempol kaki menjurus pada pembentukan bunion (pembengkakan ibu jari). Osteoarthritis dari jari-jari tangan dan jari-jari kaki mungkin mempunyai basis genetik dan dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak dari anggota-anggota wanita dari beberapa keluarga-keluarga.

Mendiagnosa Osteoarthritis

Tidak ada tes darah untuk diagnosis dari osteoarthritis. Tes-tes darah dilakukan untuk menyampingkan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan osteoarthritis sekunder, serta untuk menyampingkan kondisi-kondisi arthritis lain yang dapat meniru osteoarthritis.

X-rays dari sendi-sendi yang terpengaruh dapat menyarankan osteoarthritis. Penemuan-penemuan X-ray yang umum dari osteoarthritis termasuk kehilangan cartilage (tulang rawan) sendi, penyempitan dari ruang sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone spur (tulang spur). Pengujian X-ray sederhana dapat sangat bermanfaat untuk menyampingkan penyebab-penyebab lain dari nyeri pada sendi tertentu serta membantu dalam membuat keputusan kapan intervensi operasi harus dipertimbangkan.

Arthrocentesis sering dilakukan di ruang praktek dokter. Selama arthrocentesis, jarum yang steril digunakan untuk mengeluarkan cairan sendi untuk analisa. Analisa cairan sendi bermanfaat dalam menyampingkan gout, infeksi, dan penyebab-penyebab lain dari arthritis. Pengeluaran cairan sendi dan suntikan dari corticosteroids kedalam sendi-sendi selama arthrocentesis dapat membantu membebaskan nyeri, pembengkakan, dan peradangan.

Arthroscopy adalah teknik operasi dengan mana dokter memasukan tabung penglihat kedalam ruang sendi. Kelainan-kelainan dari dan kerusakan pada cartilage dan ligamen-ligamen dapat dideteksi dan adakalanya diperbaiki melalui arthroscope. Jika berhasil, pasien-pasien dapat sembuh dari operasi arthroscopic jauh lebih cepat daripada operasi sendi terbuka.

Akhirnya, analisa yang hati-hati dari lokasi, durasi, dan karakter dari gejala-gejala sendi dan penampakan dari sendi-sendi membantu dokter dalam mendiagnosa osteoarthritis. Pembesaran bertulang dari sendi-sendi dari pembentukan-pembentukan spur adalah karakteristik dari osteoarthritis. Oleh karenanya, kehadiran dari Heberden's nodes, Bouchard's nodes, dan bunions (pembengkakan ibu jari) dari kaik-kaki dapat mengindikasikan pada dokter diagnosis dari osteoarthritis.

Perawatan Untuk Osteoarthritis

Kecuali dari pengurangan berat badan dan menghindari aktivitas-aktivitas yang mengerahkan tekanan yang berlebihan pada cartilage sendi, tidak ada perawatan spesifik untuk menahan degenerasi cartilage atau untuk memperbaiki kerusakan cartilage pada osteoarthritis. Tujuan dari perawatan pada osteoarthritis adalah untuk mengurangi nyeri dan peradangan sendi sambil memperbaiki dan memelihara fungsi sendi. Beberapa pasien-pasien dengan osteoarthritis mempunyai nyeri yang minimal atau tidak ada nyeri dan mungkin tidak memerlukan perawatan. Yang lain-lain mungkin mendapat manfaat dari tindakan-tindakan konservatif seperti istirahat, latihan, pengontrolan diet dengan pengurangan berat badan, terapi fisik dan pekerjaan, dan alat-alat pendukung mekanik. Tindakan-tindakan ini adalah terutama penting ketika sendi-sendi besar yang menahan berat terlibat, seperti pinggul-pinggul atau lutut-lutut. Faktanya, bahkan pengurangan berat badan yang sedang dapat membantu mengurangi gejala-gejala osteoarthritis dari sendi-sendi besar, seperti lutut-lutut dan pinggul-pinggul. Obat-obat digunakan untuk melengkapi tindakan-tindakan fisik yang digambarkan diatas. Obat mungkin digunakan secara topikal (obat luar), diminum secara oral (mulut), atau disuntikan kedalam sendi-sendi untuk mengurangi peradangan dan nyeri sendi. Jika tindakan-tindakan konservatif gagal untuk mengontrol nyeri dan memperbaiki fungsi sendi, operasi dapat dipertimbangkan.

Mengistirahatkan sendi-sendi yang luka mengurangi tekanan pada sendi-sendi dan membebaskan nyeri dan bengkak. Pasien-pasien diminta hanya untuk mengurangi intensitas dan/atau frekwensi dari aktivitas-aktivitas yang secara konsisten menyebabkan nyeri sendi.

Latihan biasanya tidak memperburuk osteoarthritis jika dilakukan pada tingkat-tingkat yang tidak menyebabkan nyeri seni. Latihan bermanfaat pada osteoarthritis dalam beberapa cara-cara. Pertama, ia menguatkan dukungan otot sekitar sendi-sendi. Ia juga mencegah sendi-sendi dari "membeku" dan memperbaiki dan memelihara mobilitas sendi. Akhirnya, ia membantu dengan pengurangan berat badan dan memajukan daya tahan. Mengaplikasikan panas lokal sebelum dan bungkusan-bungkusan dingin setelah latihan dapat membantu membebaskan nyeri dan peradangan. Berenang terutama cocok sekali untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis karena ia mengizinkan pasien-pasien untuk latihan dengan tekanan benturan yang minimal pada sendi-sendi. Latihan-latihan populer lain termasuk jalan kaki, bersepeda stasioner, dan latihan beban ringan.

Ahli-ahli terapi fisik dapat menyediakan alat-alat pendukung, seperti splints (kayu untuk membadut tangan patah), tongkat-tongkat dari rotan, alat-alat pembantu berjalan, dan penyangga-penyangga atau penopang-penopang (braces). Alat-alat ini dapat berguna dalam mengurangi tekanan pada sendi-sendi. Ahli-ahli terapi pekerjaan dapat menilai permintaan-permintaan dari aktivitas-aktivitas harian dan menyaranlan alat-alat tambahan yang mungkin membantu pasien-pasien pada saat bekerja atau di rumah. Finger splints can support individual joints of the fingers. Paraffin wax dips, warm water soaks, and nighttime cotton gloves can help ease hand symptoms. Spine symptoms can improve with a neck collar, lumbar corset, or a firm mattress, depending on what areas are involved.

Pada banyak pasien-pasien dengan osteoarthritis, pembebas-pembebas nyeri yang ringan seperti aspirin dan acetaminophen (Tylenol) mungkin adalah perawatan yang mencukupi. Studi-studi telah menunjukan bahwa acetaminophen yang diberikan dalam dosis-dosis yang cukup seringkali dapat menjadi sama efektifnya seperti meresepkan obat-obat anti peradangan dalam membebaskan nyeri pada osteoarthritis dari lutut-lutut. Karena acetaminophen mempunyai lebih sedikit efek-efek sampingan pencernaan daripada NSAIDS, terutama diantara pasien-pasien agak tua, acetaminophen umumnya adalah obat awal yang lebih disukai yang diberikan pada pasien-pasien dengan osteoarthritis. Obat yang untuk mengendurkan otot-otot dalam spasme mungkin juga diberikan sementara. Cream-cream ntuk membebaskan nyeri yang diaplikasikan pada kulit diatas sendi-sendi dapat menyediakan pembebasan dari nyeri arthritis yang minor. Contoh-contoh termasuk capsaicin (Arthricare, Zostrix), salycin (Aspercreme), methyl salicylate (Ben-Gay, Icy Hot), dan menthol (Flexall).

Perawatan-perawatan baru termasuk lotion anti peradangan, diclofenac (Voltaren Gel) dan diclofenac patch (Flector Patch), yang digunakan untuk pembebasan dari nyeri osteoarthritis.

Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi-sendi. Contoh-contoh dari NSAIDs termasuk aspirin (Ecotrin), ibuprofen (Motrin), nabumetone (Relafen), dan naproxen (Naprosyn). Adakalanya adalah mungkin untuk menggunakan NSAIDs untuk sementara dan kemudian menghentikan mereka untuk periode-periode waktu tanpa gejala-gejala yang kambuh, dengan demikian mengurangi risiko-risiko efek sampingan.

Efek-efek sampingan yang paling umum dari NSAIDs termasuk kesusahan pencernaan, seperti gangguan lambung, diare, borok-borok (ulcers) dan bahkan perdarahan. Risiko dari ini dan efek-efek sampingan lain meningkat pada orang-orang agak tua. NSAIDs yang lebih baru yang disebut COX-2 inhibitors telah didisain yang mempunyai lebih sedikit keracunan pada lambung dan usus-usus besar. Karena gejala-gejala osteoarthritis bervariasi dan dapat menjadi sebentar-sebentar, obat-obat ini mungkin diberikan hanya ketika nyeri-nyeri sendi terjadi atau sebelum aktivitas-aktivitas yang secara tradisi telah mengakibatkan gejala-gejala.

Beberapa studi-studi, namun tidak semuanya, telah menyarankan bahwa perawatan alternatif dengan suplemen-suplemen makanan glucosamine dan chondroitin dapat membebaskan gejala-gejala nyeri dan kekakuan untuk beberapa orang-orang dengan osteoarthritis. Suplemen-suplemen ini tersedia di Apothek-apothek dan toko-toko makanan sehat tanpa resep, meskipun belum ada kepastian tentang kemurnian dari produk-produk atau dosis dari ramuan-ramuan aktif karena mereka tidak dimonitor oleh FDA. The National Institutes of Health sedang mempelajari glucosamine dan chondroitin dalam perawatan osteoarthritis. Penelitian awal mereka menunjukan hanya manfaat yang kecil (minor) dalam membebaskan nyeri untuk mereka yang dengan osteoarthritis yang paling parah. Studi-studi lebih jauh, diharapkan, akan menjernihkan banyak hal-hal yang menyangkut pendosisan, keamanan, dan keefektifan dari produk-produk ini untuk osteoarthritis. Pasien-pasien yang memakai (meminum) obat-obat pengencer darah harus hati-hati ketika memakai chondroitin karena ia dapat meningkatkan pengenceran darah dan menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Suplemen-suplemen minyak ikan (Fish-oil) telah ditunjukan mempunyai beberapa sifat-sifat anti peradangan, dan meningkatkan pemasukan diet ikan dan/atau meminum kapsul-kapsul minyak ikan (kapsul-kapsul omega-3) dapat adakalanya mengurangi peradangan dari arthritis.

Sementara cortisone oral umumnya tidak digunakan dalam merawat osteoarthritis, ketika disuntikan secara langsung kedalam sendi-sendi yang meradang, ia dapat secara cepat mengurangi nyeri dan memulihkan fungsi. Karena suntikan-suntikan cortisone yang berulangkali dapat membahayakan jaringan-jaringan dan tulang-tulang, mereka dicadangkan untuk pasien-pasien dengan gejala-gejala yang lebih jelas.

Untuk nyeri yang gigih dari osteoarthritis lutut yang parah yang tidak merespon pada pengurangan berat badan, latihan, atau obat-obat, rangkaian suntikan-suntikan dari hyaluronic acid (Synvisc, Hyalgan) kedalam sendi dapat adakalanya berguna, terutama jika operasi tidak sedang dipertimbangkan. Produ-produk ini tampaknya bekerja dengan untuk sementara waktu memulihkan kekentalan dari cairan sendi, mengizinkan pelumasan sendi dan kemampuan benturan yang lebih baik, dan mungkin dengan mempengaruhui secara langsung penerima-penerima (receptors) nyeri.

Operasi umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis yang terutama parah dan tidak merespon pada perawatan-perawatan konservatif. Arthroscopy, didiskusikan diatas, dapat bermanfaat ketika robekan-robekan cartilage dicurigai. Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu meluruskan kembali beberapa dari keadaan cacat (deformity) pada pasien-pasien yang dipilih, umumnya mereka yang dengan penyakit lutut. Pada beberapa kasus-kasus, sendi-sendi yang merosot (degenerasi) dengan parah paling baik dirawat dengan fusion (arthrodesis) atau penggantian dengan sendi tiruan (arthroplasty). Penggantian-penggantian total pinggul dan total lutut sekarang secara umum dilakukan di rumahsakit-rumahsakit masyarakat di seluruh Amerika. Ini dapat membawa pembebasan nyeri dan fungsi yang lebih baik yang dramatis.

"Yang Harus saya Lakukan Jika Saya Mempunyai Gejala-Gejala Yang Minimal Atau Tidak Ada Dengan Tanda-Tanda Awal Dari Osteoarthritis"

Langkah-langkah ideal yang diambil harus menjurus pada diagnosis yang tepat dan rencana perawatan jangka panjang yang optimal. Sementara banyak langkah-langkah didiskusikan disini, rencana harus disesuaikan untuk setiap orang yang dipengaruhi oleh osteoarthritis, tergantung pada sendi-sendi yang terpengaruh dan keparahan dari gejala-gejala.

Pendapat mengenai penyebab atau tipe dari arthritis biasanya dapat diperoleh secara cukup dengan berkonsultasi dengan dokter umum keluarga. Adalah seringkali tidak perlu untuk mencari spesialis arthritis (rheumatologist), untuk tujuan ini. Bagaimanapun , jika diagnosis atau rencana perawatan tidak jelas, rheumatologist mungkin dikonsultasikan.

Ketika saya menentukan bahwa pasien memunyai pembentukan nodul yang klasik dari osteoarthritis (Heberden's node), saya mungkin membuat diagnosis semata-mata berdasarkan pada pemeriksaan, tanpa keperluan untuk segala tes-tes tambahan, seperti pengujian darah atau X-ray. Adakalanya, pengujian dapat bermanfaat untuk mengerti lebih baik derajat dan karakter dari osteoarthritis yang mempengaruhi sendi tertentu. Ia dapat juga bermanfaat untuk memonitor dan untuk menyampingkan kondisi-kondisi lain.

Perawatan mungkin tidak diperlukan untuk osteoarthritis tangan-tangan dengan gejala-gejala yang minimal atau tidak ada gejala-gejala. Ketika gejala-gejala menyusahkan dan bertahan, bagaimanapun, perawatan mungkin termasuk obat-obat nyeri dan antiperadangan, dengan atau tanpa suplemen-suplemen makanan, seperti glucosamine dan/atau chondroitin. Lebih jauh, aplikasi-aplikasi panas/dingin dan cream-cream nyeri topikal dapat bermanfaat.

Sebagai langkah pertama, saya merekomendasikan bahwa pasien-pasien maju terus dan mencoba suplemen-suplemen makanan bebas resep, glucosamine dan chondroitin. Setiap dari suplemen-suplemen ini telah ditunjukan oleh beberapa studi-studi membebaskan nyeri dan kekakuan dari beberapa (namun tidak semua) pasien-pasien dengan osteoarthritis. Suplemen-suplemen ini tersedia di apotik-apotik dan toko-toko makanan sehat tanpa resep. Jika pasien-pasien tidak mendapat manfaat setelah percobaan dua sampai tiga bulan, saya memberitahu mereka bahwa mereka boleh menghentikan suplemen-suplemen ini. Fabrikan-fabrikan adakalanya membuat gugatan-gugatan bahwa suplemen-suplemen ini "membentuk kembali" cartilage. Gugatan ini masih belum diverifikasi secara cukup oleh studi-studi ilmiah sampai saat ini.

Untuk tipe yang lain dari suplementasi makanan, harus dicatat bahwa minyak-minyak ikan telah ditunjukan mempunyai beberapa sifat-sifat antiperadangan. Lebih dari itu, meningkatkan pemasukan diet ikan dan/atau kapsul-kapsul minyak ikan (kapsul-kapsul omega-3) dapat adakalanya mengurangi peradangan dari arthritis.

Kegemukan telah lama diketahui menjadi faktor risiko untuk osteoarthritis dari lutut. Saya merekomendasikan pengurangan berat badan untuk pasien-pasien dengan tanda-tanda awal dari osteoarthritis tangan-tangan yang kelebihan berat badan, karena mereka berisiko untuk juga mengembangkan osteoarthritis dari lutut-lutut mereka. Makanan-makanan yang dihindari termasuk yang memajukan penambahan berat badan. Seperti digambarkan diatas, bahkan pengurangan berat badan yang sedang dapat bermanfaat.

Obat-obat nyeri yang tersedia tanpa resep, seperti acetaminophen (Tylenol), dapat sangat bermanfaat dalam membebaskan gejala-gejala nyeri dari osteoarthritis yang ringan, dan saya merekomendasikan ini sebagai perawatan obat garis pertama. Studi-studi telah menunjukan bahwa acetaminophen, diberikan dalam dosis-dosis yang cukup, dapat seringkali menjadi sama efektifnya seperti obat-obat antiperadangan yang diresepkan dalam membebaskan nyeri pada osteoarthritis dari lutut-lutut. Karena acetaminophen mempunyai lebih sedikit efek-efek sampingan pencernaan daripada obat-obat antiperadangan nonsteroid atau nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS),terutama pada pasien-pasien yang agak tua, acetaminophen umumnya adalah obat awal yang lebih disukai yang diberikan pada pasien-pasien dengan osteoarthritis. Jika gejala-gejala bertahan, maka saya merekomendasikan percobaan-percobaan dari obat-obat antiperadangan yang bebas resep seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, Nuprin), ketoprofen (Orudis), dan naproxen (Aleve). Banyak pasien-pasien melakukannya dengan baik ketika mereka mengambil obat-obat ini bersama dengan suplemen-suplemen glucosamine dan chondroitin mereka.

Beberapa pasien-pasien mendapat pembebasan yang signifikan dari gejala-gejala nyeri dengan mencelupkan tangan-tangan mereka kedalam celupan-celupan lilin (paraffin) yang panas di pagi hari. Lilin yang panas seringkali dapat diperoleh di apotik-apotik lokal atau toko-toko pensuplai medis. Ia dapat disiapkan dalam Crock-Pot dan digunakan kembali setelah ia mengeras sebagai penutup yang hangat diatas tangan-tangan dengan mengelupas dan menggantikannya kedalam lilin yang mencair. Rendaman-rendaman air hangat dan sarung-sarung tangan cotton waktu malam (mempertahankan tangan-tangan hangat selama tidur) dapat juga membantu memudahkan gejala-gejala tangan. Melakukan batasan yang lembut dari latihan-latihan gerakan secara teratur dapat membantu mengabadikan fungsi dari sendi-sendi. Latihan-latihan ini paling mudah dilakukan setelah penghangatan tangan di pagi-pagi benar.

Cream-cream pembebas nyeri yang diaplikasikan pada kulit diatas sendi-sendi dapat menyediakan pembebasan dari nyeri arthritis yang minor di siang hari. Contoh-contoh termasuk capsaicin (Arthricare, Zostrix), salycin (Aspercreme), methyl salicylate (Ben-Gay, Icy Hot), dan menthol (Flexall). Untuk pembebasan tambahan dari gejala-gejala yang ringan, aplikasi es lokal dapat adakalanya bermanfaat, terutama menuju akhir dari hari. Ahli-ahli terapi pekerjaan dapat menilai aktivitas-aktivitas harian dan menentukan teknik-teknik tambahan yang mana yang mungkin membantu pasien-pasien di tempat kerja atau dirumah.

Akhirnya, ketika gejala-gejala arthritis bertahan, adalah terbaik untuk mencari nasehat dokter yang dapat menuntun secara benar pengendalian yang optimal untuk setiap individu pasien. Banyak obat-obat lain yang diresepkan tersedia untuk perawatan osteoarthritis untuk pasien-pasien dengan gejala-gejala yang kronis dan menjengkelkan. Dan jika anda khawatir bahwa osteoarthritis dapat dihubungkan dengan luka pada organ-organ dalam, jangan begitu. Penyakit ini tidak menyebabkan kerusakan organ dalam atau kelainan-kelainan tes darah.

Sebagai tambahan pada langkah-langkah yang digambarkan diatas, anda harus menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sendi ditempat lain dalam tubuh anda jika anda mengembangkan tanda-tanda dan gejala-gejala awal dari osteoarthritis dari tangan-tangan.

Masa Depan Untuk Osteoarthritis

Di masa depan, obat-obat mungkin tersedia yang melindungi cartilage (tulang rawan) dari konsekwensi-konsekwensi yang memperburuk dari osteoarthritis.

Inovasi operasi telah menjurus pada teknik untuk perbaikan dari pecahan-pecahan yang terisolasi dari cartilage (fissures) lutut. Pada prosedur ini, cartilage pasien sendiri sebenarnya ditumbuhkan di labor, kemudian disisipkan kedalam area fissure dan disegel dengan "patch" dari tulang pasien sendiri yang menutupi jaringan. Sementara ini adalah bukan prosedur untuk kerusakan cartilage dari osteoarthritis, ia membuka pintu untuk penelitian cartilage masa depan. Ini dan area-area perkembangan lainnya memegang janji untuk pendekatan-pendekatan baru pada persoalan lama.

Penyelidik-penyelidik pada the National Institutes of Health sekarang ini sedang melihat kedalam apakah memakai atau tidak memakai glucosamine atau chondroitin dapat sebenarnya memperbaiki atau melindungi kwalitas dari cartilage pada sendi-sendi yang dipengaruhi oleh osteoarthritis.

Ilmuwan-ilmuwan peneliti telah menemukan bahwa doxycycline, obat tetracycline, telah ditunjukan memperlambat kemajuan dari degenerasi cartilage pada lutut-lutut dari pasien-pasien dengan osteoarthritis. Lebih banyak studi-studi diperlukan untuk menentukan kepentingan (signifikan) dari pekerjaan dini namun menarik ini.

http://www.totalkesehatananda.com/osteoarthritis6.html

perawatan luka

by : Hana Rizmadewi Agustina, SKp. MN

I. Pendahuluan

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini.Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost),kenyamanan (comfort),keamanan (safety).Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

II. Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan Luka

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

A. Healing by primary intention

Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.

B. Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

C. Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

III. Proses Penyembuhan Luka

A. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)

B. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut

C. Fase penyembuhan luka :

1. Fase inflamasi :

· Hari ke 0-5

· Respon segera setelah terjadi injurià pembekuan darahà untuk mencegah kehilangan darah

· Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa

· Fase awal terjadi haemostasis

· Fase akhir terjadi fagositosis

· Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

2. Fase proliferasi or epitelisasi

· Hari 3 – 14

· Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada lukaà luka nampak merah segar, mengkilat

· Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

· Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka

· Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

3. Fase maturasi atau remodelling

· Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun

· Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

· Terbentuk jaringan parut (scar tissue)à 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya

· Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

IV. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

· Status Imunologi

· Kadar gula darah (impaired white cell function)

· Hidrasi (slows metabolism)

· Nutritisi

· Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure - oedema)

· Suplai oksigen dan vaskularisasi

· Nyeri (causes vasoconstriction)

· Corticosteroids (depress immune function)

V. Pengkajian Luka

A. Kondisi luka

1. Warna dasar luka

· Slough (yellow)

· Necrotic tissue (black)

· Infected tissue (green)

· Granulating tissue (red)

· Epithelialising (pink)

2. Lokasi ukuran dan kedalaman luka

3. Eksudat dan bau

4. Tanda-tanda infeksi

5. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

6. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

B. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin

C. Status vascular : Hb, TcO2

D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

VI. Perencanaan

A. Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Naturetentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

1. Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2. Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsanglebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3. Menurunkan resiko infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan denganperawatan kering.

4. Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factorberperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monositdan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)

2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

· Apakah suplai telah tersedia?

· Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

· Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?

· Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

· Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

· Bagaimana cara mengevaluasi?

B. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1. Film Dressing

· Semi-permeable primary atau secondary dressings

· Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

· Conformable, anti robek atau tergores

· Tidak menyerap eksudat

· Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

· Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

· Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

2. Hydrocolloid

· Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

· Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

· Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

· Waterproof

· Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

· Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

· Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3. Alginate

· Terbuat dari rumput laut

· Membentuk gel diatas permukaan luka

· Mudah diangkat dan dibersihkan

· Bisa menyebabkan nyeri

· Membantu untuk mengangkat jaringan mati

· Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

· Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

· Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

· Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4. Foam Dressings

· Polyurethane

· Non-adherent wound contact layer

· Highly absorptive

· Semi-permeable

· Jenis bervariasi

· Adhesive dan non-adhesive

· Indikasi : eksudat sedang s.d berat

· Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

· Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

5. Terapi alternatif

· Zinc Oxide (ZnO cream)

· Madu (Honey)

· Sugar paste (gula)

· Larvae therapy/Maggot Therapy

· Vacuum Assisted Closure

· Hyperbaric Oxygen

VII. Implementasi

A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)

· Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)

· Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat

· Untuk merangsang granulasi

· Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates danhydrofibre dressings

B. Luka Nekrotik

· Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)

· Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis

· Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Hydrogels, hydrocolloid dressings

C. Luka terinfeksi

· Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka

· Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

· Wound culture – systemic antibiotics

· Kontrol eksudat dan bau

· Ganti balutan tiap hari

· Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings

D. Luka Granulasi

· Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka

· Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Moist wound surface – non-adherent dressing

· Treatment overgranulasi

· Hydrocolloids, foams, alginates

E. Luka epitelisasi

· Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”

· Transparent films, hydrocolloids

· Balutan tidak terlalu sering diganti

F. Balutan kombinasi

Tujuan

Tindakan

Rehidrasi

Hydrogel + film

atau hanya hydrocolloid

Debridement (deslough)

Hydrogel + film/foam

Atau hanya hydrocolloid

Atau alginate + film/foam

Atau hydrofibre + film/foam

Manage eksudat sedang

s.d berat

Extra absorbent foam

Atau extra absorbent alginate + foam

Atau hydrofibre + foam

Atau cavity filler plus foam

VIII. Evaluasi dan Monitoring Luka

· Dimensi luka : size, depth, length, width

· Photography

· Wound assessment charts

· Frekuensi pengkajian

· Plan of care

IX. Dokumentasi Perawatan Luka

- Potential masalah

- Komunikasi yang adekuat

- Continuity of care

- Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul

- Harus bersifat faktual, tidak subjektif

- Wound assessment charts

X. Kesimpulan

1 Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat

2 Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas

Referensi

1. http://www.podiatrytoday.com/article/1894

2. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search

3. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest Nursing & Allied Health Search

4. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing; Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry

5. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep 2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

6. Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions, Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au

7. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24, 2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search

Tags: healing, perawatan luka

http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=146

9 Kiat Merawat Luka

Acap terjadi, luka di kulit diobati sendiri dengan akibat buruk. Bukan saja penyakit kulitnya tidak sembuh, tapi malah makin parah. Tak jarang menyisakan bekas atau parut. Apa saja yang harus diperhatikan dalam merawat luka di kulit?

1. Luka bakar bukan odol atau mentega salepnya
Sering terjadi, luka bakar diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak ubahnya luka umumnya, perlu dirawat secara suci hama. Odol dan mentega tidak memberi manfaat, malah bisa buruk akibatnya. Odol atau mentega mungkin tidak suci hama, sehingga kuman masuk ke dalam luka.

Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi salep livertran (bisa dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup. Luka bakar lepuh bergelembung, jangan dipecahkan. Biarkan pecah sendiri.

2. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka
Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi. Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada jahitan yang mengelupas dan lepas.

3. Jangan mengeleti keropeng luka
Seringkali, keropeng luka yang sudah mengering dan terasa gatal dikeleti. Biarkan kulit kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah mengelupas sendiri. Mengeleti keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda di bawahnya terpapar dunia luar. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar, juga belum kuat menghadapi ancaman infeksi. Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.

4. Kulit eksim tidak memakai salep jamur
Banyak ragam penyakit kulit. Kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama. Eksim misalnya. Eksim kerap disangka jamur. Jika eksim diberi obat jamur tentu tak bakal sembuh. Demikian pula jika jamur kulit diobati obat eksim, sama tak bakal sembuhnya.Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Maka, sembarang dan serampangan asal memakai salep, tidak dianjurkan.

5. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu
Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar seringkali berkembang menjadi infeksi kulit. Kulit menjadi basah. Kita acap menyebutnya eksim basah. Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya.

6. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh
Sewring orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga pemakaian obat yang dibeli sendiri tidak dibatasi kendati tidak sembuh. Hentikan obat jika tak menyembuh. Mungkin obatnya tidak tepat. Hal ini sering terjadi pada penyakit kudis.

7. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim
Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tandanya, yang ringan hanya biduran, gatal-gatal sekujur tubuh. Yang berat, bisa mengelupas, lepuh, dan jika berat sekali muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.

8. Agar tidak menyisakan bekas, luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi
Setiap luka atau penyakit kulit mendindikasikan terjadi kerusakan pada permukaan kulit. Tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.


9. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid
Ada orang yang berbakat keloid. Artinya, setiap sembuh dari luka, akan terbentuk bentol di sekitar bekas luka semacam daging tumbuh. Secara kosmetis, ini tak sedap dipandang, terlebih jika terjadi di wajah.