ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

SAYA BERHARAP SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI TEMAN2 YANG SEDANG MENCARI..................ILMU tentang keperawatan.




Sabtu, 23 Mei 2009

perawatan luka

by : Hana Rizmadewi Agustina, SKp. MN

I. Pendahuluan

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini.Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost),kenyamanan (comfort),keamanan (safety).Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

II. Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan Luka

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

A. Healing by primary intention

Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.

B. Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

C. Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

III. Proses Penyembuhan Luka

A. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)

B. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut

C. Fase penyembuhan luka :

1. Fase inflamasi :

· Hari ke 0-5

· Respon segera setelah terjadi injurià pembekuan darahà untuk mencegah kehilangan darah

· Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa

· Fase awal terjadi haemostasis

· Fase akhir terjadi fagositosis

· Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

2. Fase proliferasi or epitelisasi

· Hari 3 – 14

· Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada lukaà luka nampak merah segar, mengkilat

· Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

· Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka

· Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

3. Fase maturasi atau remodelling

· Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun

· Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

· Terbentuk jaringan parut (scar tissue)à 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya

· Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

IV. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

· Status Imunologi

· Kadar gula darah (impaired white cell function)

· Hidrasi (slows metabolism)

· Nutritisi

· Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure - oedema)

· Suplai oksigen dan vaskularisasi

· Nyeri (causes vasoconstriction)

· Corticosteroids (depress immune function)

V. Pengkajian Luka

A. Kondisi luka

1. Warna dasar luka

· Slough (yellow)

· Necrotic tissue (black)

· Infected tissue (green)

· Granulating tissue (red)

· Epithelialising (pink)

2. Lokasi ukuran dan kedalaman luka

3. Eksudat dan bau

4. Tanda-tanda infeksi

5. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

6. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

B. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin

C. Status vascular : Hb, TcO2

D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

VI. Perencanaan

A. Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Naturetentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

1. Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2. Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsanglebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3. Menurunkan resiko infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan denganperawatan kering.

4. Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factorberperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monositdan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)

2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

· Apakah suplai telah tersedia?

· Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

· Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?

· Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

· Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

· Bagaimana cara mengevaluasi?

B. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1. Film Dressing

· Semi-permeable primary atau secondary dressings

· Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

· Conformable, anti robek atau tergores

· Tidak menyerap eksudat

· Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

· Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

· Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

2. Hydrocolloid

· Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

· Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

· Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

· Waterproof

· Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

· Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

· Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3. Alginate

· Terbuat dari rumput laut

· Membentuk gel diatas permukaan luka

· Mudah diangkat dan dibersihkan

· Bisa menyebabkan nyeri

· Membantu untuk mengangkat jaringan mati

· Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

· Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

· Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

· Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4. Foam Dressings

· Polyurethane

· Non-adherent wound contact layer

· Highly absorptive

· Semi-permeable

· Jenis bervariasi

· Adhesive dan non-adhesive

· Indikasi : eksudat sedang s.d berat

· Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

· Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

5. Terapi alternatif

· Zinc Oxide (ZnO cream)

· Madu (Honey)

· Sugar paste (gula)

· Larvae therapy/Maggot Therapy

· Vacuum Assisted Closure

· Hyperbaric Oxygen

VII. Implementasi

A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)

· Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)

· Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat

· Untuk merangsang granulasi

· Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates danhydrofibre dressings

B. Luka Nekrotik

· Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)

· Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis

· Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Hydrogels, hydrocolloid dressings

C. Luka terinfeksi

· Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka

· Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

· Wound culture – systemic antibiotics

· Kontrol eksudat dan bau

· Ganti balutan tiap hari

· Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings

D. Luka Granulasi

· Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka

· Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

· Moist wound surface – non-adherent dressing

· Treatment overgranulasi

· Hydrocolloids, foams, alginates

E. Luka epitelisasi

· Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”

· Transparent films, hydrocolloids

· Balutan tidak terlalu sering diganti

F. Balutan kombinasi

Tujuan

Tindakan

Rehidrasi

Hydrogel + film

atau hanya hydrocolloid

Debridement (deslough)

Hydrogel + film/foam

Atau hanya hydrocolloid

Atau alginate + film/foam

Atau hydrofibre + film/foam

Manage eksudat sedang

s.d berat

Extra absorbent foam

Atau extra absorbent alginate + foam

Atau hydrofibre + foam

Atau cavity filler plus foam

VIII. Evaluasi dan Monitoring Luka

· Dimensi luka : size, depth, length, width

· Photography

· Wound assessment charts

· Frekuensi pengkajian

· Plan of care

IX. Dokumentasi Perawatan Luka

- Potential masalah

- Komunikasi yang adekuat

- Continuity of care

- Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul

- Harus bersifat faktual, tidak subjektif

- Wound assessment charts

X. Kesimpulan

1 Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat

2 Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas

Referensi

1. http://www.podiatrytoday.com/article/1894

2. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search

3. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest Nursing & Allied Health Search

4. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing; Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry

5. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep 2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

6. Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions, Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au

7. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24, 2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search

Tags: healing, perawatan luka

http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=146

9 Kiat Merawat Luka

Acap terjadi, luka di kulit diobati sendiri dengan akibat buruk. Bukan saja penyakit kulitnya tidak sembuh, tapi malah makin parah. Tak jarang menyisakan bekas atau parut. Apa saja yang harus diperhatikan dalam merawat luka di kulit?

1. Luka bakar bukan odol atau mentega salepnya
Sering terjadi, luka bakar diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak ubahnya luka umumnya, perlu dirawat secara suci hama. Odol dan mentega tidak memberi manfaat, malah bisa buruk akibatnya. Odol atau mentega mungkin tidak suci hama, sehingga kuman masuk ke dalam luka.

Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi salep livertran (bisa dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup. Luka bakar lepuh bergelembung, jangan dipecahkan. Biarkan pecah sendiri.

2. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka
Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi. Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada jahitan yang mengelupas dan lepas.

3. Jangan mengeleti keropeng luka
Seringkali, keropeng luka yang sudah mengering dan terasa gatal dikeleti. Biarkan kulit kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah mengelupas sendiri. Mengeleti keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda di bawahnya terpapar dunia luar. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar, juga belum kuat menghadapi ancaman infeksi. Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.

4. Kulit eksim tidak memakai salep jamur
Banyak ragam penyakit kulit. Kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama. Eksim misalnya. Eksim kerap disangka jamur. Jika eksim diberi obat jamur tentu tak bakal sembuh. Demikian pula jika jamur kulit diobati obat eksim, sama tak bakal sembuhnya.Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Maka, sembarang dan serampangan asal memakai salep, tidak dianjurkan.

5. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu
Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar seringkali berkembang menjadi infeksi kulit. Kulit menjadi basah. Kita acap menyebutnya eksim basah. Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya.

6. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh
Sewring orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga pemakaian obat yang dibeli sendiri tidak dibatasi kendati tidak sembuh. Hentikan obat jika tak menyembuh. Mungkin obatnya tidak tepat. Hal ini sering terjadi pada penyakit kudis.

7. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim
Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tandanya, yang ringan hanya biduran, gatal-gatal sekujur tubuh. Yang berat, bisa mengelupas, lepuh, dan jika berat sekali muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.

8. Agar tidak menyisakan bekas, luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi
Setiap luka atau penyakit kulit mendindikasikan terjadi kerusakan pada permukaan kulit. Tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.


9. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid
Ada orang yang berbakat keloid. Artinya, setiap sembuh dari luka, akan terbentuk bentol di sekitar bekas luka semacam daging tumbuh. Secara kosmetis, ini tak sedap dipandang, terlebih jika terjadi di wajah.


1 komentar:

  1. které jsou přítomny v lidském těle a které kontrolují a řídí fyziologické funkce u zdravého jedince. atrauman

    BalasHapus